Siapakah Jovita Adityasari Alias Jojo alias Keong Racun
Siapakah Jovita Adityasari Alias Jojo alias Keong Racun Jovita Adityasari (19) kini dikenal sebagai Jojo ‘Keong Racun’. Sementara di rumahnya, ia biasa dipanggil Vita. Ayahnya, Yudi pun protes. Dia mengaku tak sreg, anaknya dipanggil Jojo.
“Sejak kecil Jovita dipanggil Vita. Kok sekarang dipanggil Jojo, kaya anak laki-laki saja,” ujarnya saat ditemui detikbandung di kediamannya di Cimahi, Kamis (29/7/2010).
Sejak kecil, tutur Yudi, Jojo memang dikenal tak pemalu. “Dia beranian, dia enggak pernah malu-malu, wanteran (berani-red) lah,” ujar Yudi.
Meski begitu, ia mengaku Jojo tak pernah memperlihatkan bakat seni. “Tapi enggak tahu tuh, dia suka gitu-gitu (menyanyi dan menari-red). Dari keluarga pun tidak ada bakat seni,” ujar Yudi yang bekerja di bidang trading.
Jojo bersama sahabatnya Sinta mendadak tenar setelah aksi video lip sync ‘Keong Racun’ yang mereka unduh di Youtube. Jojo mengaku kaget iseng ulah mereka menjadi heboh.
Yudi, Ayah Joevita Adityasari atau Jojo 'Keong Racun', mengaku tak terlalu kaget anak pertamanya itu menjadi tenar gara-gara video lipsing yang diupload di Youtube beberapa waktu lalu. Menurutnya Vita, panggilan Jojo di rumah, memang anak yang gaul dan supel.
"Kalau kaget sih enggak, karena saya lihat Vita orangnya gaul sejak dari SMA. Di sekolahnya dulu dia memang terlihat menonjol dari teman-temannya dan juga banyak yang suka," saat ditemui detikbandung di kediamannya di Cimahi, Kamis (29/7/2010).
Sejak kecil, tuturnya, Jojo memang dikenal tak pemalu. "Dia beranian, dia enggak pernah malu-malu, wanteran (berani-red) lah," ujar Yudi.
Meski begitu, ia mengaku Jojo tak pernah memperlihatkan bakat seni. "Tapi enggak tahu tuh, dia suka gitu-gitu (menyanyi dan menari-red). Dari keluarga pun tidak ada bakat seni," ujar Yudi yang bekerja di bidang trading.
Sebulan lalu, seingat Yudi, ia melihat Jojo dan Sinta bermain-main dengan laptop di kamarnya. Kemudian pindah ke ruang tamu. "Di kamarnya saya mendengar suara berisik, mereka berdua menyanyi-nyanyi gitu. Pas saya mau pergi Jumatan pun mereka masih gitu-gitu," ujar Yudi yang belakangan diketahui Jojo dan Sinta tengah merekam lipsing Keong Racun.
Akibat aksi narsisnya di Youtube, kini Jovita Adityasari menjadi tenar dengan nama Jojo 'Keong Racun'. Jojo pun mengaku kebanjiran order. Yudi, ayah Jojo, mengaku tak keberatan, asalkan anak sulungnya itu bisa membagi waktu dengan kuliah.
"Ya saya sudah bilang, kalau dia sekarang ini banyak kegiatan pasca terkenal, ambil sabtu-minggu atau hari libur saja. Kuliah dia kan sebentar lagi beres. Bagaimana pun juga sekolah harus dinomorsatukan," ujar Yudi saat ditemui detikbandung di kediamannya di Cimahi, Kamis (29/7/2010).
Jojo kini tercatat sebagai mahasiswi semester V di HI Unpas Bandung. "Dia memang bercita-cita jadi diplomat. Katanya biar bisa pergi ke luar negeri," ungkap Yudi.
Jojo mengaku dia dan Sinta ditawari masuk dapur rekaman oleh salah satu label. Namun ditolak karena merasa tak punya bakat menyanyi. Namun tawaran dari Charly ST 12 sebagai model video klip lagu Keong Racun yang diaransemen ulang Charly, mereka terima.
Ingin Menambah PENGHASILAN TAMBAHANKLIK DIBAWAH INI
Karena KEONG RACUN jadi terkenal.Nasib orang tak ada yang tahu. Ini pula yang dirasakan Jovita Adityasari (19) alias Jojo, mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Pasundan (Unpas), dan Shinta Nuriansyah (19), mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Berawal dari keisengan dengan mengunggah (upload) video lipsync "Keong Racun" yang menggelikan itu di situs YouTube,nama Jojo dan Shinta, dua mojang Priangan, mendadak tenar seantero jagat.
Aksi kocak mereka telah mendongkrak popularitas lagu dangdut "Keong Racun" yang diciptakan Subur Tahroni. Dalam situs YouTube itu, ada enam videoklip yang dinyanyikan secara lipsync olehJojo-Shinta.
Sebut saja, "Cinta Satu Malam", "Slow", "Down", "Dokter Cinta", "Jangan Lebay", dan "Telephone". Semua, mereka rekam di rumah Jojo, cukup bermodalkan webcam di laptop dan mereka beraksi berlenggak-lenggok yang genit serta kocak.
Banyak orang meng-hit video ini di YouTube karena menilai ulah gadis ini sangat sesuat dengan kondisi terkini, di mana para remaja wanita atau gadis sering menjadi incaran dan digoda para facebooker atau pengguna Twitter. Kondisi tersebut persis yang disuarakan dalam lirik lagu "Keong Racun". Seolah dua mojang lugu dan imut-imut ini mengobati penggemar yang kecewa dengan ulah para artis terkenal yang akhir-akhir ini terseret video mesum.
Bahkan, vokalis ST12 Charly kesengsem dan sudah membeli hak lagu "Keong Racun" dari penciptanya di Bandung. Charly pun sedang mengutak-atik lagu itu dan segera merilis versi barunya.
Jojo sendiri mengaku belum ingin jadi artis. Dia terkejut bila videonya yang dibuat dan diunggah hanya karena iseng menjadi trending topic. "Tapi. Alhamdulillah deh selagi masih positif sifatnya," katanya.
Gadis yang mengaku tak terlalu suka nge-tweet itu mengatakan, "Aku enggak terlalu ngerti. Kalau nge-tweet pun seinget dan semaunya saja," ujarnya polos. (Warkot)
Djuyoto Memprediksi Tahun 2015 Indonesia Pecah. Beragam reaksi dan tanggapan muncul ketika wacana tentang masa depan Indonesia, yang juga dijadikan judul buku oleh Djuyoto Suntani, itu muncul dalam acara Dialog Kebangsaan berjudul Indonesia: Kemarin, Kini dan Esok sekaligus peluncuran buku tersebut. Komentar bernada pesimis, optimis, hingga rasa tidak percaya silih berganti diberikan oleh berbagai pihak yang hadir di Gedung Aneka Bhakti Departemen Sosial kemarin. Mungkinkah Indonesia benar-benar akan ‘pecah’ pada tahun 2015?
Djuyoto Suntani, sang penulis buku, menyatakan dalam bukunya paling tidak ada tujuh faktor utama yang akan menyebabkan Indonesia “pecah” menjadi 17 kepingan negeri-negeri kecil di tahun 2015. Kepingan negeri-negeri kecil itu sendiri menurutnya didirikan berdasarkan atas:
Kepentingan rimordial (kesamaan etnis),
Ikatan ekonomis (kepentingan bisnis),
Ikatan kultur (kesamaan budaya),
Ikatan ideologis (kepentingan politik), dan
Ikatan regilius (membangun negara berdasar agama).
Penyebab pertama adalah siklus tujuh abad atau 70 tahun. Dalam bukunya ia menuliskan;
“Seperti kita ketahui, semua yang terjadi di alam ini mengikuti suatu siklus tertentu. Eksistensi suatu bangsa dan negara juga termasuk dalam suatu siklus yang berjalan sesuai dengan ketentuan hukum alam. Dia mengambil contoh Kerajaan Sriwijaya yang berkuasa pada abad 6-7 M di mana waktu itu rakyat di kawasan Nusantara bersatu di bawah kepemimpinannya. Memasuki usia ke-70 tahun kerajaan itu mulai buyar dan muncul banyak kerajaan kecil yang mandiri berdaulat. Alhasil, di awal abad ke-9 nama Kerajaan Sriwijaya hanya tinggal sejarah. Tujuh abad kemudian (abad 13-14 M) lahir Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur sekarang. Kerajaan besar itu berhasil menyatukan kembali penduduk Nusantara. Namun, kerajaan ini pun bernasib sama dengan Sriwijaya. Memasuki usia ke-70 pengaruhnya mulai hilang dan bermunculanlah kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Nama Majapahit pun hilang ditelan bumi. Tujuh abad pasca-jatuhnya Majapahit, di tahun 1945 (abad 20) rakyat Nusantara kembali bersatu dalam suatu ikatan negara bangsa bernama Republik Indonesia (abad 20-21). Tahun 2015 akan bertepatan RI merayakan HUT-nya yang ke-70″.
Dia pun menyatakan,
“Selama ini saya selalu optimis, tapi melihat perkembangan di lapangan, apa yang terjadi pada sesama anak bangsa, sungguh mengenaskan. Irama perpolitikan nasional dewasa ini mengisyaratkan hitungan siklus bersatu dan bubar dalam tujuh abad, 70 tahun tampaknya kembali terulang. Berbagai fenomena alam yang menguat ke arah bukti kebenaran siklus sudah banyak kita saksikan. Pertengkaran sesama anak bangsa, terutama elite politik, tidak kunjung selesai, tulis Djuyoto. Penyebab kedua, Indonesia telah kehilangan figur pemersatu bangsa. Setelah Ir Soekarno dan HM Soeharto, tidak ada tokoh nasional yang benar-benar bisa mempersatukan bangsa ini. Masing-masing anak bangsa selalu merasa paling hebat, paling mampu, paling pintar, dan paling benar sendiri. Para tokoh nasional yang memimpin negeri ini belum menunjukkan berbagai sosok negarawan karena dalam memimpin lebih mengutamakan kepentingan politik golongan/kelompok daripada kepentingan bangsa (rakyat) secara luas. Kehilangan figur tokoh pemersatu adalah ancaman paling signifikan yang membawa negeri ini ke jurang perpecahan”. Katanya tegas.
Pertengkaran sesama anak bangsa yang sama-sama merasa jago dan hebat, masing-masing punya kendaraan partai, punya jaringan internasional, punya dana/uang mandiri, punya akses, merasa punya kemampuan jadi Presiden; merupakan penyebab ketiga Indonesia akan pecah berkeping-keping menjadi negara-negara kecil. Masing-masing tokoh ingin menjadi nomor satu di suatu negara. Fenomena ini sudah menguat sejak era reformasi yang dimulai dengan diterapkannya UU Otonomi Daerah.
Salah satu penyebab Indonesia akan pecah di tahun 2015 karena adanya konspirasi global. Ada grand strategy global untuk menghancurkankeutuhan Indonesia. Ada skenario tingkat tinggi yang ingin menghancurkan Indonesia atau bahkan menghilangkan nama Indonesia sebagai negara bangsa, tegasnya. Konspirasi global ini, Djuyoto Suntani melihat, terus bergerak dan bekerja secara cerdas dengan menggunakan kekuatan canggih melalui penetrasi budaya, penyesatan opini, arus investasi, berbagai tema kampanye indah seperti demokratisasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, modernisasi, kebebasan pers, kemakmuran, kesejahteraan, sampai pada mimpi-mimpi indah lewat bisnis obat-obatan terlarang dengan segmen generasi muda.
Penyebab utama kelima Indonesia akan”‘pecah” dalam penilaiannya adalah faktor nama. Apa yang salah dengan nama? Ternyata, nama Indonesia sesungguhnya berasal dari warisan kolonial Belanda yakni East-India atau India Timur alias Hindia Belanda. Kalangan tokoh politik Belanda tingkat atas malah sering menyebut Indonesia dengan singkatan: In-corporate Do/e-Netherland in-Asia atau kalau diartikan secara bebas nama Indonesia sama dengan singkatan Perusahaan Belanda yang berada di Asia. Pemberian nama Indonesia oleh Belanda memang memiliki agenda politik tersembunyi sebab Belanda tidak rela Indonesia menjadi bangsa dan negara yang besar. Nama orisinil kawasan negeri ini yang benar adalah Nusantara, yang berasal dari kata Bahasa Sansekerta Nusa (pulau) dan Antara. Artinya, negara yang terletak di antara pulau-pulau terbesar dan terbanyak di dunia sebab negara kita merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Bila para anak bangsa tahun 2015 mampu menyelamatkan keutuhan negeri ini sebagai satu bangsa, salah satu opsi adalah dengan penggantian nama dari Indonesia menjadi Nusantara. Nama Nusantara lebih relevan, orisinil, berasal dari jiwa bumi sendiri dan lebih membawa keberuntungan, pesan Djuyoto. Namun, karena perpecahan sudah di ujung tanduk, salah satu agenda dalam membangun komitmen baru sebagai bangsa dalam pandangannya adalah dengan cara (perlu direnungkan) mengganti nama Indonesia menjadi Nusantara. Karena, nama memiliki arti serta memberi berkah tersendiri. Tidak hanya nama Indonesia yang bisa menjadi penyebab negeri ini pecah, nama Jakarta pun ternyata ikut berpengaruh terhadap keutuhan republik ini.
Nama Jakarta, Djuyoto mengungkapkan, memiliki konotasi negatif bagi sebagian besar masyarakat. Bila kita ingin menyelamatkan Indonesia dari ancaman perpecahan serta punya komitmen bersama untuk membawa negara ini menjadi negara besar yang dihormati dunia internasional, maka nama ibukota negara seyogianya dikembalikan kepada nama awalnya yaitu Jayakarta. Nama Jayakarta lebih tepat sebagai roh spirit Ke-Jaya-an Ibukota negara daripada nama Jakarta, sarannya.
Penyebab terakhir pecahnya Indonesia adalah gonjang ganjing pemilihan Presiden tahun 2014. Dia menyatakan dalam Pilpres 2009 bisa saja sejumlah tokoh yang kalah masih mampu mengendalikan diri tapi gejolak massa akar rumput yang berasal dari massa pendukung tidak mau menerima kekalahan jago pilihannya. Mereka lalu mempersiapkan diri untuk maju bertarung lagi pada Pilpres 2014. Pilpres 2014 adalah puncak ledakan dashyat gunung es yang benar-benar membahayakan integrasi Indonesia. Menurut Djuyoto dari informasi yang ia peroleh di seluruh penjuru Tanah-Air, indikasi karena gengsi kalah bersaing dalam Pilpres Indonesia lantas mengambil keputusan radikal dengan mendeklarasikan negara baru bukanlah sekedar omong kosong tapi akan terbukti. Pergolakan alam negeri ini seperti gunung es yang tampak tenang di permukaan namun setiap saat pasti meletus dengan dashyat.
Djuyoto Suntani menjelaskan, pada Pilpres 2014 bakal bermunculan figur dari berbagai daerah yang mulai berani bertarung memperebutkan kursi RI-1 untuk bersaing dengan tokoh nasional di Jakarta. Para tokoh daerah sudah dibekali modal setara dengan para tokoh nasional di Jakarta. Jika mereka kalah dalam Pilpres 2014, karena desakan massa pendukung, opsi lain adalah mendirikan negara baru, melepaskan diri dari Jakarta. Gonjang ganjing Indonesia sebagai bangsa akan mencapai titik didih terpanas pada Pilpres 2014. Jika kita tidak mampu mengendalikan keutuhan negeri ini, tahun 2015 Indonesia benar-benar pecah. Para Capres Indonesia 2014 yang gagal ramai-ramai akan pulang kampung untuk mendeklarasikan negara baru. Mereka merasa punya kemampuan, punya harga diri, punya uang, punya jaringan dan punya massa/rakyat pendukung. Perubahan dan pergolakan politik nasional pada tahun 2014 diperkirakan bisa lebih dashyat karena tidak ada lagi figur tokoh pemersatu yang dihormati dan diterima oleh seluruh bangsa.
Agar Indonesia tidak pecah, dia menyerukan seluruh elemen bangsa untuk bersatu dan bersatu. Dia berharap seluruh bangsa menyadari ancaman yang ada di depan mata dan kemudian saling bergandengan tangan bersatu untuk menyelesaikan semua permasalahan bangsa. Djuyoto bilang buku ini ditulis sebagai peringatan dini, sebagai salah satu wujud untuk berupaya menyelamatkan Indonesia dari ancaman kehancuran. Dengan adanya buku ini diharapkan semoga anak-anak bangsa mulai menyadari bahwa hantu Indonesia pecah sudah berada di depan mata. Kalau sudah paham, diharapkan mulai tumbuh kesadaran dari dalam hati lalu secara bersama-sama mengambil langkah untuk mencegah.
Best Teacher's Day Wishes, Beautiful Happy Teacher's Day Graphics, Thanking Your Teacher Pictures, Loving Teacher Comments, Send Best Wishes For your Teacher, MySpace Comments, Codes and Glitter Graphics: Orkut Happy Teacher's Day scraps, hi5, facebook, tagged, xanga, myyearbook, piczo and friendster cute Love glitter graphics.
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
You know, at first I wasn’t that into “Nikita.” Sure, the rogue assassin series reboot for the CW features one of my favorite TV archetypes: The hot girl who kicks ass. Still for whatever reason I just didn’t feel that excited. I think it’s because the CW is known more for hot gossip than killer action. But that was before I found out Maggie Q’s tattoos are real. Yes, real. Dude. Of course, I should have been on the bandwagon from the start. Asian girls got to represent. But to be honest all I knew about her was that she was in that “Mission: Impossible” threequel I never saw and had done work in Hong Kong. Well, welcome home, Ms. Quigley.
After reading about how at the TCAs and Comic-Con Maggie utterly charmed the assembled TV critics (a notoriously cranky and hard to charm bunch), I now more than impressed. Like when onstage at Comic-Con she joked about hanging out with all the other CW stars: “You can’t imagine how good looking it is backstage. I had to push the A-cups up a little.” And then at the TCA she commented on how people always think Asians automatically knows kung fu: “Yes, we wake up and do kung fu, then we brush our teeth.” And, just in case she hadn’t made all the gay gals absolutely swoon yet, she also said: “I like to wear less makeup and be tougher. (Dressing up is) exciting for people, but it’s less exciting for me.” All that and those tattoos. Sign me up, I’m in. So in. Happy weekend, all.
"Dasar kau keong racun. Baru kenal eh ngajak tidur. Ngomong enggak sopan santun. Kau anggap aku ayam kampung. Sorry sorry, jek... jangan remehkan aku. Sorry sorry, bang... bukan cewek murahan."
Syair lagu berjudul "Keong Racun" itu memang menggelitik dan terdengar lucu. Kini lagu dangdut remix tersebut menjadi populer setelah disajikan secara lipsync oleh dua cewek, Sinta dan Jojo, dan diunggah (di-upload) ke YouTube. Nama Sinta dan Jojo, serta lagu "Keong Racun", jadi pembicaraan banyak orang. Video di YouTube itu berdurasi 5 menit dan 14 detik.
Selain lagu dan lirik yang terdengar lucu, gaya Sinta dan Jojo juga menggelitik. Kepala dan tangannya terus bergoyang mengikuti irama dangdut remix "Keong Racun".
Ketenaran Sinta dan Jolo di YouTube kini diikuti Putry Penelope. Duo Putry Penelope terdiri dari Cinta Penelope dan Putry Lama. Sinta dan Jojo menyanyikan lagu "Keong Racun" versi dangdut remix, Putry Penelope membawakannya dengan pop Melayu.
Lantaran banyak yang melihat Sinta dan Jojo di YouTube hingga mengunduh lagu "Keong Racun", Putry Penelope dibentuk. "Kami baru banget berdirinya, baru delapan hari lalu," kata Cinta saat ditemui di acara "Satu Tahun Mantap" di Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (28/7/2010).
Tertantang
Cinta menuturkan, Putry Penelope dibuat oleh Charly, vokalis dan pentolan band ST12. Oleh Charly, lagu "Keong Racun" kemudian dibuat versi pop Melayu. Setelah diaransemen ulang, Charly meminta Putry Penelope untuk menyanyikannya.
"Kami juga sebenarnya baru dengar lagu 'Keong Racun' yang fenomenal itu. Begitu dibentuk, kami diberi tahu untuk take vokal lagu itu," ujar Cinta yang membantah duo Putry Penelope itu dibentuk untuk mendompleng ketenaran lagu "Keong Racun" ala Sinta dan Jojo. "Kami justru tertantang. Biasanya, pop dijadikan dangdut, tapi sekarang lagu dangdut remix dijadikan lagu pop," tambah Putry.
Selain banyak dilihat di YouTube, lagu "Keong Racun" juga sempat menjadi Trending Topic di jejaring sosial Twitter.
Begitu melihat "Keong Racun" yang fenomenal, Charly memburu lagu tesebut hingga menemukan pencipta lagu, penyanyinya Lisa, juga Sinta dan Jojo. Selain membeli lagu "Keong Racun", Charly juga akan melibatkan Sinta dan Jojo di proyeknya yang lain. Lagu "Keong Racun" memang belum ada di pasaran dan dijual dalam bentuk kaset ataupun CD. Tetapi, lagu itu sudah terdengar di mana-mana. (Warta Kota/kin)
Disney Cartoons Disney Glitter Graphics for MySpace, Hi5, Orkut Whos your favourite Disney character? The classics such as Mickey Mouse, Cinderella, Bambi or Snow White Free Walt Disney Desktop Cartoon Character Desktop Wallpaper Backgrounds Disney Printables Disney Pictures Image Gallery.Disney Comments, Glitter Graphics, Images, & Animations. Use these Disney Graphics on Myspace, Perfspot, Orkut, Hi5, Friendster, MyYearBook, & Tagged...
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):
Links to this Picture (Html Codes) (Copy/Paste into your own Website or Blog):