Thursday, October 7, 2010

kanker "ENDOSMETRIUM"


KANKER ENDOMETRIUM




Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium.

Kanker endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause.

Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause3. Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium yaitu hormon replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.

Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate 5 tahunnya mencapai 96%, dan menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut.

Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan pervaginam pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis pada stadium dini4. Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan D&C dan biopsi endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium dan menjadi bakuan dalam menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan. Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui prosedur pembedahan.

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai satu kasus kanker endometrium beserta penatalaksanaannya.

Ilustrasi
Kasus Ny. K, 56 tahun datang ke poliklinik RSCM pada tanggal 10 November 2006 dengan keluhan perdarahan pervaginam berupa flek-flek sejak 1 tahun yang lalu. Tidak ada keputihan, penurunan berat badan, benjolan di perut atau kemaluan maupun gangguan BAK atau BAB. Pasien punya 2 orang anak, yang terkecil usia 38 tahun dan telah menopause sejak 4 tahun yang lalu. Pasien menikah 1 kali dan suami pasien telah meninggal 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penggunaan obat hormon untuk menopause. Tidak ada riwayat menderita tekanan darah tinggi atau kencing manis
.

Status generalis TD 100/60 TB 142 BB 49 kg BMI 24,2, lain-lain dalam batas normal. Status ginekologis porsio dan mukosa vagina licin, uterus sebesar telur angsa, mobile, tidak berbenjol, kedua adneksa dalam batas normal, TSA baik, mukosa rektum licin. Pemeriksaan laboratorium, BNO-IVP, Rontgen thoraks dan pap smear dalam batas normal.

Pada USG didapatkan uterus membesar ukuran 8,01×5,95×6,68 cm dengan lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas 6,69×4,76×5,67cm dengan RI 0,3, kedua adneksa, hepar ginjal dalam batas normal.

Tanggal 12 Desember 2006 dilakukan D/C bertingkat dengan temuan uterus sebesar telur angsa tidak berbenjol dan kedua adneksa dalam batas normal, dengan sondase 9cm antefleksi, dari endoserviks didapatkan jaringan 0,5 cc dan endometrium 2 cc. Hasil PA memperlihatkan adanya adenokarsinoma berdiferensiasi sedang-buruk kemungkinan dari endometrium. Pasien direncanakan untuk dilakukan laparotomi surgical staging untuk menentukan stadium kanker endometriumnya, yang akhirnya akan menentukan terapi yang akan diberikan pada pasien.

Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim.

Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.

Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

Faktor resiko timbulnya kanker endometrium

Beberapa faktor resiko timbulnya kanker endometrium adalah sebagai berikut :

  1. Wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker endometrium.
  2. Wanita di atas 50 tahun atau menopause.
  3. Wanita tidak memiliki anak atau tidak menikah.
  4. Wanita pengguna preparat estrogen, seperti terapi sulih hormon pada wanita menjelang menopause.

Gejala kanker endometrium

Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :

  1. Rasa sakit pada saat menstruasi.
  2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
  3. Sakit punggung pada bagian bawah.
  4. Sulit buang air besar atau diare.
  5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
  6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
  7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

Jika ditemukan gejala pendarahan yang abnormal, pendarahan setelah menopause atau keputihan yang tak kunjung sembuh, segera lakukan pemeriksaan sitologi selaput lendir rahim untuk mendeteksi adanya sel-sel atipik. Pemeriksaan lain yang bias dilakukan adalah USG transvagina untuk melihat ketebalan endometrium. (Sumber. buku Kanker Pada Wanita).

 

 

 

 

 

Kanker Rahim Perenggut Kebahagiaan Wanita

Orang awam mengenal kanker rahim adalah salah satu jenis saja. Namun sebenarnya kanker rahim itu memiliki jenis yang lebih dari satu. Cukup banyak jenis kanker rahim, ada tiga jenis yang paling banyak menyerang wanita; kanker serviks (mulut rahim), kanker ovarium (indung telur), dan kanker endometrium (badan rahim).

KANKER SERVIKS( Mulut Rahim)

Kanker serviks atau kanker mulut rahim memang patut ditakuti kaum wanita. Di Indonesia, kanker ini tercatat sebagai pembunuh nomor satu kaum Hawa. Sayangnya, informasi yang berkaitan dengan kanker serviks belum dapat menjangkau seluruh masyarakat terutama kaum wanita.

Padahal, semua wanita berisiko kanker yang menyerang organ utama mereka. Dokter spesialis Ginekologi-onkologi yang juga konsultan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DR. dr. Andrijono, SpOG(K), mengatakan risiko akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia dan menyentuh kehidupan wanita pada saat-saat terpenting dalam hidupnya yaitu antara usia 30-50 tahun.

“Justru pada saat para wanita masih aktif bekerja dan bertanggung jawab atas anak atau anggota keluarga lainnya,” ujar Andrijono, pada peluncuran vaksin kanker serviks dengan adjuvan inovatif ASO4 dari GlaxoSmithKline (GSK) di Jakarta.

Gejala Awal Kanker Serviks

Terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk, dan tidak sembuh-sembuh. Memang, tak semua keputihan pertanda ada kanker. Sebab, keputihan pun bisa karena ada rangsangan lain. “Karena itu, kalau timbul keputihan abnormal sebaiknya periksa ke dokter, apakah itu kanker atau bukan.” Gejala lain, terdapat perdarahan di luar siklus haid. “Terutama perdarahan setelah berhubungan intim.” Untuk memastikannya harus diperiksa dokter, karena perdarahan bisa juga terjadi akibat gangguan keseimbangan hormon. Bila kanker sudah mencapai stadium 3 ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh, seperti di paha, betis, tangan, dan sebagainya. Tapi, jika masih prakanker justru tak ada gejala.

Deteksi Dini Kanker Serviks

Bagi wanita yang telah berhubungan seks, lakukan pemeriksaan Pap’s smear; mengambil getah serviks dari vagina yang akan diperiksa ahli patologi. “Pap’s smear bisa mendeteksi prakanker sampai kanker sehingga memungkinkan dilakukan pengobatan cepat dan tepat.” Lakukan pemeriksaan secara berkala, setahun sekali selain di dokter, di Puskesmas pun bisa.

 

KANKER OVARIUM

Gejala Awal Kanker Ovarium

Perut terasa begah, kembung, tidak nyaman. “Tapi gejala ini tidak spesifik. Bahkan, kebanyakan justru tak merasakan gejala apa-apa. ” Gejala selanjutnya perut membesar, terasa ada benjolan, nyeri panggul, gangguan BAB (buang air besar) akibat penekanan pada saluran pencernaan dan saluran kencing. Bahkan pada keadaan yang lebih lanjut, dapat terjadi penimbunan cairan di rongga perut sampai mengalir ke rongga dada, sehingga perut tampak sangat membuncit. “Terkadang disertai sesak napas. Kalau sudah demikian, biasanya sudah terlambat ditangani.”

Deteksi Dini Kanker Ovarium

Kerap terjadi keterlambatan deteksi akibat sulit mendeteksinya pada stadium dini. “Karena lokasi ovarium berada di dalam rongga panggul, sehingga tak terlihat dari luar. ” Biasanya kanker ditemukan lewat pemeriksaan dalam. Bila ditemukan kista, maka akan di-USG, apakah terdapat tanda-tanda kanker atau tidak. “Memang tak semua kista akan jadi kanker. Kista yang mengarah kanker biasanya berlokus-lokus atau bersekat-sekat. Juga dindingnya tebal dan tidak teratur. Pemeriksaan lainnya, CT-Scan dan tumor marker (pertanda tumor) lewat pemeriksaan darah.

KANKER ENDOMETRIUM

Gejala Awal kanker endometrium

Terdapat perdarahan, terutama pada pasca menopause atau di luar masa haid. Juga bila haidnya sangat lama dan banyak. “Karena dengan haid lama dan banyak, maka berarti endometriumnya semakin menebal kan?”

Deteksi Dini Kanker Endometrium

Karena gejala awal berupa perdarahan, maka umumnya penderita lebih awal melakukan pemeriksaan sehingga sebagian besar penyakit ini diketahui pada stadium awal. Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat ketebalan dinding endometrium. Selanjutnya dilakukan kuretase. “Cairannya akan dibawa ke patologi untuk dilihat apakah kanker atau bukan.”

Berdasarkan pengalaman menangani pasien yang mengidap kanker, Andrijono memaparkan, tidak hanya kualitas hidup pasien termasuk psikis, fisik, dan kesehatan seksual yang terganggu, pihak keluarga juga ikut terbebani. Ditambah lagi dengan faktor biaya pengobatan kanker yang tergolong mahal.

Ternyata penyebab kanker serviks adalah infeksi atau reinfeksi HPV (Human papilloma virus). Sekitar 99,7 persen kanker serviks disebabkan HPV onkogenik atau penyebab kanker. Andrijono mengungkapkan, hasil penelitian menyimpulkan bahwa HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia.

“Dari sekitar 96 jenis tipe HPV ditemukan bahwa HPV onkogenik sekitar 19 tipe. HPV 16 dan 18 merupakan penyebab kanker paling banyak di dunia, ” terangnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan RS Dr Cipto Mangunkusumo bekerja sama dengan Belanda, menemukan bahwa penyebab kanker paling banyak di Indonesia ialah HPV 16, 18, dan 52. Identifikasi virus HPV ini dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Tasikmalaya.

“Sekitar 70%-80% adalah infeksi HPV 16 dan 18. Serta sekitar 5 persen merupakan kombinasi dari infeksi HPV 16, 18, dan 52. Jadi mungkin terjadi infeksi yang tidak tunggal,” paparnya.

Namun, lanjut Andrijono, sebenarnya virus memiliki sifat alami untuk bisa sembuh dengan sendirinya. Sekitar 75%-90% infeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya sekitar 2 persen yang berkembang menjadi kanker.

“Dari 100 orang yang terkena infeksi, artinya hanya dua orang yang akan berkembang menjadi kanker. Tapi, kita tidak bisa mengetahui siapa yang akan terkena,” ujarnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempertinggi kemungkinan infeksi HPV berubah menjadi kanker, antara lain ialah kebiasaan berhubungan seks yang abnormal, berganti-ganti pasangan, merokok, menikah pada usia yang sangat muda serta usia yang semakin tua.

“Bagi wanita yang menikah di usia muda, hubungan seksual dilakukan saat serviks belum matang sehingga mudah ditembus virus. Sedangkan, bagi wanita yang sudah tua, risiko semakin tinggi karena penurunan proses recovery dari sel sehingga lebih mudah ditembus oleh virus,” jelas Andrijono.

Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks sebenarnya memakan waktu cukup lama, bisa mencapai 10-20 tahun. Sayangnya, proses ini seringkali tidak dirasakan para penderita. Pasalnya, proses infeksi HPV kemudian menjadi prakanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala.

“Perkembangan infeksi HPV, mulai dari lesi derajat rendah ke lesi derajat tinggi yang kita sebut dengan stadium 0, yang artinya belum ada metasasis atau penyebaran karena membran masih kuat menahan,” tutur Andrijono.

Pada lesi derajat rendah, mungkin saja akan kembali normal tergantung dari daya tahan tubuh. Namun, jika sudah menjadi lesi derajat tinggi maka harus segera dilakukan tindakan kedokteran.

“Saya mempunyai seorang pasien yang diketahui prakanker. Saat itu kita sarankan untuk operasi, namun ia tidak bersedia. Ternyata, tiga bulan kemudian sudah masuk stadium 1. Kemudian, ia berobat ke Australia ternyata kanker sudah menyebar dan masuk ke stadium lanjut. Tiga tahun kemudian pasien tersebut meninggal dunia,” ujar Andrijono mengenai salah satu pasiennya.

 

Pengobatan

Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Seperti halnya operasi lainnya, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Kerumitan operasi tergantung kepada tingkat stadium kanker tersebut. Selanjutnya ada juga dengan radiasi atau penyinaran namun memiliki dampak yang beragam tergantung kepada kondisi dan stamina penderita. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling mahal karena memerlukan proses yang berulang untuk menuntaskannya.

KANKER ENDOMETRIUM

PANDANGAN MEDIS KANKER ENDOMETRIUM

Endometrium adalah selaput lendIr rahim. Menstruasi bia terjadi karena adanya endometrium ini. Sekitar 95% kanker endometrium adalah adenokarsinoma. Kanker ini pada umumnya dijumpai pada wanita berusia di atas 50 tahun, dan jarang di bawah usia 40 tahun. Kanker endometrium lebih banyak dijumpai pada wanita yang tidak memiliki anak dan wanita yang tidak menikah. Resiko timbulnya kanker endometrium akan meningkat pada wanita yang menggunakan preparat estrogen, misalnya pada terapi sulih hormon yang digunakan wanita menjelang menopause, meskipun masih tergantung pada waktu dan dosis pemakaian.

Kanker endometrium seringkali tidak mendapatkan perhatian serius dari pasien itu sendiri, karena merasa bahwa nyeri yang terjadi pada saat menstruasi dianggap sebagai gejala biasa setiap bulannya. Hanya sekitar 1 – 5% dari kasus kanker endometrium yang tgerdiagnosis tanpa gejala klinis. Berbagai peneltian menunjukkan gejala-gejala umum yang dijumpai pada pasien kanker endometrium adalah sebagai berikut :

1.       Pendarahan normal dari kandungan atau uterus, terutama pasca menopause.

2.       Keputihan bercampur darah dan nanah.

3.       Nyeri di perut bawah, terutama jika sudah terjadi penyebaran atau metastase.

4.       Pendarahan yang banyak dan lama sebelum menopause.

5.       Sulit buang air besar atau diare.

6.       Buang air kecil bercampur darah.

Penyebab Kanker Endometrium.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :

a.      Obesitas atau kegemukan.

Memiliki resiko terkena kanker endometrium 2 – 20 kali dibanding wanita dengan berat badan normal.

b.      Haid pertama (menarche).

Menarche sebelum usia 12 tahun memiliki resiko 1,6 kali lebih tinggi dibanding menarche setelah 12 tahun.

c.       Tidak pernah melahirkan.

Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).

d.      Penggunaan estrogen.

Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.

e.      Hiperplasia endometrium.

Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.

f.        Diabetes mellitus (DM).

g.      Hipertensi.

h.      Faktor lingkungan dan diet.

i.        Riwayat keluarga.

Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang  terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.

j.        Tumor memproduksi estrogen.

Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

 

PENGOBATAN DAN PROGNOSIS

Secara medis, pengobatan yang dapat dilakukan yaitu operasi, radioterapi atau kombinasi antara keduanya. Sedangkan prognosis kanker endometrium ditentukan berdasarkan usia, ukuran tumor, jenis kelainan histologi, adanya invasi ke dalam otot rahim (miometrium), invasi ke pembuluh darah dan beberapa hal lainnya, maka angka rata-rata kelangsungan hidup selama 5 tahun pada stadium I sebesar 75,1%, stadium II sebesar 57,8%, stadium III sebesar 30% dan stadium IV sebesar 10,6%.

 

 

 

No comments:

Post a Comment