Menilik beberapa tahun ke belakang ini saya jadi teringat masa-masa saya belajar menulis dengan hanya bermodalkan sebuah pena dan beberapa carik kertas, maklum itu terjadi saat saya masih awam dengan komputer , kira-kira 7 tahun yang lalu saya mulai merangkaikan kata-kata menjadi sebuah tulisan yang saya sendiri waktu itu agak kurang percaya diri untuk di publikasikan
Seiringnya waktu sayapun mencoba memberanikan diri untuk menulis beberapa artikel yang sederhana dan saya kirimkan ke beberapa media cetak yang tentu saja pada waktu itu memang sedang hangat-hangatnya, media cetak mencari penulis-penulis amatir untuk sekedar menuangkan aspirasi di hati yang tentu saja ada imbalanya yang memang tidak seberapa
Keberanian diri menulis bukan karena imbalanya melainkan karena ingin menjajal kemampuan menulis saya, dan kenyataanya begitu pahit karena tidak ada satupun artikel yang saya tulis di terbitkan, namun saya tetap berfikir positif, bahkan saking optimisnya, saya memberanikan diri ini menulis naskah film pendek tentang banyak hal di negeri indonesia, lantas naskah film itu saya kirimkan beserta alamat tempat tinggal saya ke alamat close up planet movie competition sebab pada waktu itu ada sebuah ajang adu bakat menulis naskah dengan hadiah naskah terbaik akan di buat filmnya dengan biaya produksi di tanggung pihak yang bersangkutan, serta berlibur ke negeri kanguru
Maklum setelah lulus pernah bercita-cita untuk kuliah di IKJ dengan jurusan sinematografi tetapi apa daya biaya terlalu mahal, beberapa kerabat dekat malah menyarankan saya untuk kuliah di keguruan olah raga, beberapa menyarankan untuk kursus bahasa inggris dan setir mobil, alangkah terkejutnya saya mendengar pengakuan mereka. karena tidak ada stupun yang mendukung keinginan saya itu, sayapun mencoba menghadapinya dengan mengajukan lagi tempat kuliah yang berbeda dgn jurusan yang menurut saya inilah cikal bakal keinginan kuat untuk menulis
Interstudy jurusan jurnalistik pers' itu yang saya ajukan kepada mereka yang pernah berjanji untuk membiayai kulih saya ketika saya telah lulus SMU tapi apa jawaban mereka mereka malah menyuruh saya membuat sebuah artikel untuk di ajukan kepada mereka sebagai bukti bahwa kelak ketika saya kuliah mereka tidak merasa sia-sia mengeluarkan biaya, tentu saja tantangan mereka saya ambil, selanjutnya seperti biasa janji-janji surga menghampiri saya seperti tukang jualan kacang rebus di tengah malam saat pasar malam kaget berlangsung, sungguh cara halus yang mengecewakan.
Tidak berhenti sampai di situ, saya terus-terusan membuat karya-karya yang buat saya tidak perduli apakah mereka sadar dengan alasan mereka yang cacat' itu akhirnya mau menyanggupi saya melanjutkan study maklum keadaan orangtua saya jauh diatas rata-rata bahkan beberapa kali sempat rasanya menyalahkan tuhan mengapa ayah saya di ambil dengan cepatnya tapi saya adalah lelaki dan lelaki tidak boleh cengeng
Ada beberapa ajang adu bakat serta beberapa kesempatan bagi pemula untuk mengapresiasikan bakatnya menulis tersalurkan, saya coba mengambil kesempatan-kesempatan itu, namun lagi-lagi tidak ada satupun naskah buatan saya menang dan ketika beberapa film hasil pemenang itu di buat lanjut di tayangkan di salah satu stasiun televisi indonesia saya melihat agak kecewa karena film yang berhasil lolos dari ajang bakat pembuatan naskah itu buruk bahkan menurut saya jauh lebih baik buatan saya , saya pikir alasan saya ini hanya karena iri saja
Berusaha untuk menyadari kekurangan pada diri ini, dan berusaha untuk terus maju ke pentas penulisan meski kapan, entah semua ingin saya terkabul, seseorang pernah berkata kepada saya..?? apa yang saya pikirkan ketika pertama kali bangun dari tidur..?? bisnis dan menulislah jawaban saya' maka saya adalah seorang penulis dan pembisnis ' ujar kawan saya itu, hanya saja saya termasuk kedalam golongan orang - orang gampang menyerah lantas' bila saya tetap seperti itu maka bisa dipastikan semua mimpi-mimpi saya hanyalah kisah usang
so' sekarang ini saya memutuskan untuk terus menulis tidak peduli ada yang baca atau tidak, memberi komentar baik atau komentar picisan kesemuanya itu pastilah bagian dari awal kesuksesan, berapapun keringat dan darah yang mendidih berkat cibiran sekitar sudah seharusnya saya tetap aktiv' tidak perduli kemana kereta itu akan meluncur yang terpenting adalah memutuskan untuk naik atau tidak... meski kenyataanya hidup tidaklah jauh lebih manis namun setidaknya berjuang untuk apa yang menjadi hak saya hidup di dunia adalah sebuah keharusan
Seiringnya waktu sayapun mencoba memberanikan diri untuk menulis beberapa artikel yang sederhana dan saya kirimkan ke beberapa media cetak yang tentu saja pada waktu itu memang sedang hangat-hangatnya, media cetak mencari penulis-penulis amatir untuk sekedar menuangkan aspirasi di hati yang tentu saja ada imbalanya yang memang tidak seberapa
Keberanian diri menulis bukan karena imbalanya melainkan karena ingin menjajal kemampuan menulis saya, dan kenyataanya begitu pahit karena tidak ada satupun artikel yang saya tulis di terbitkan, namun saya tetap berfikir positif, bahkan saking optimisnya, saya memberanikan diri ini menulis naskah film pendek tentang banyak hal di negeri indonesia, lantas naskah film itu saya kirimkan beserta alamat tempat tinggal saya ke alamat close up planet movie competition sebab pada waktu itu ada sebuah ajang adu bakat menulis naskah dengan hadiah naskah terbaik akan di buat filmnya dengan biaya produksi di tanggung pihak yang bersangkutan, serta berlibur ke negeri kanguru
Maklum setelah lulus pernah bercita-cita untuk kuliah di IKJ dengan jurusan sinematografi tetapi apa daya biaya terlalu mahal, beberapa kerabat dekat malah menyarankan saya untuk kuliah di keguruan olah raga, beberapa menyarankan untuk kursus bahasa inggris dan setir mobil, alangkah terkejutnya saya mendengar pengakuan mereka. karena tidak ada stupun yang mendukung keinginan saya itu, sayapun mencoba menghadapinya dengan mengajukan lagi tempat kuliah yang berbeda dgn jurusan yang menurut saya inilah cikal bakal keinginan kuat untuk menulis
Interstudy jurusan jurnalistik pers' itu yang saya ajukan kepada mereka yang pernah berjanji untuk membiayai kulih saya ketika saya telah lulus SMU tapi apa jawaban mereka mereka malah menyuruh saya membuat sebuah artikel untuk di ajukan kepada mereka sebagai bukti bahwa kelak ketika saya kuliah mereka tidak merasa sia-sia mengeluarkan biaya, tentu saja tantangan mereka saya ambil, selanjutnya seperti biasa janji-janji surga menghampiri saya seperti tukang jualan kacang rebus di tengah malam saat pasar malam kaget berlangsung, sungguh cara halus yang mengecewakan.
Tidak berhenti sampai di situ, saya terus-terusan membuat karya-karya yang buat saya tidak perduli apakah mereka sadar dengan alasan mereka yang cacat' itu akhirnya mau menyanggupi saya melanjutkan study maklum keadaan orangtua saya jauh diatas rata-rata bahkan beberapa kali sempat rasanya menyalahkan tuhan mengapa ayah saya di ambil dengan cepatnya tapi saya adalah lelaki dan lelaki tidak boleh cengeng
Ada beberapa ajang adu bakat serta beberapa kesempatan bagi pemula untuk mengapresiasikan bakatnya menulis tersalurkan, saya coba mengambil kesempatan-kesempatan itu, namun lagi-lagi tidak ada satupun naskah buatan saya menang dan ketika beberapa film hasil pemenang itu di buat lanjut di tayangkan di salah satu stasiun televisi indonesia saya melihat agak kecewa karena film yang berhasil lolos dari ajang bakat pembuatan naskah itu buruk bahkan menurut saya jauh lebih baik buatan saya , saya pikir alasan saya ini hanya karena iri saja
Berusaha untuk menyadari kekurangan pada diri ini, dan berusaha untuk terus maju ke pentas penulisan meski kapan, entah semua ingin saya terkabul, seseorang pernah berkata kepada saya..?? apa yang saya pikirkan ketika pertama kali bangun dari tidur..?? bisnis dan menulislah jawaban saya' maka saya adalah seorang penulis dan pembisnis ' ujar kawan saya itu, hanya saja saya termasuk kedalam golongan orang - orang gampang menyerah lantas' bila saya tetap seperti itu maka bisa dipastikan semua mimpi-mimpi saya hanyalah kisah usang
so' sekarang ini saya memutuskan untuk terus menulis tidak peduli ada yang baca atau tidak, memberi komentar baik atau komentar picisan kesemuanya itu pastilah bagian dari awal kesuksesan, berapapun keringat dan darah yang mendidih berkat cibiran sekitar sudah seharusnya saya tetap aktiv' tidak perduli kemana kereta itu akan meluncur yang terpenting adalah memutuskan untuk naik atau tidak... meski kenyataanya hidup tidaklah jauh lebih manis namun setidaknya berjuang untuk apa yang menjadi hak saya hidup di dunia adalah sebuah keharusan
No comments:
Post a Comment